KOMBINASI METODE PENJEMURAN DAN PENGERINGAN TUMPUKAN UNTUK MEMPERBAIKI MUTU BIJI KAKAO KERING

Authors

  • Tya Lestari
  • Leopold Oscar Nelwan
  • Emmy Darmawati
  • Samsudin Samsudin
  • Eko Heri Purwanto

DOI:

https://doi.org/10.23960/jtep-l.v9i3.264-275

Abstract

Deficiencies in the drying and stacking methods of cocoa beans can be minimized by using a combination of both to improve quality. The purpose of this study was to obtain physicochemical and organoleptic quality information of dried cocoa beans produced by a combination of drying and stack drying. The treatments analyzed were drying 3, 8 and 16 hours followed by mechanical drying using an air flow of 0.05 m/s and 0.2 m/s at a temperature of 55 °C. As a control is only mechanical drying with two flow rates, up to a water content <6%. Measurement data were analyzed using descriptive statistics and mean values. The best combination of drying and mechanical drying is found in 8 hours of drying with an air flow velocity of 0.05 m/s and 0.2 m/s. The combination of sun and mechanical drying has no effect on physical parameters namely water content and pH, chemical parameters namely total fat and fermentation index. The best color of cocoa beans is produced from a combination of 16 hours of drying with an air flow rate of 0.05 m/s. The lowest free fatty acid levels come from full mechanical drying with an air flow velocity of 0.05 m/s and 3 hours drying in the air flow velocity of 0.2 m/s. The combination of the best treatment based on the special requirements of SNI 2008 about the quality of defective seeds and organoleptic test results were produced by 8 hours drying air velocity of 0.05 m/s and 0.2 m/s. Included in the IB quality class and has the aroma, texture and color most preferred by panelists.     

 

Keywords:   air flow, bed dryer, cacao quality, dried cacao, sundrying

References

Andarwulan, N., Kusnandar, F., Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. PT Dian Rakyat. Jakarta.

Ariyanti, M. 2017. Karakteristik mutu biji kakao (Theobroma cacao L) dengan perlakuan waktu fermentasi berdasar SNI 2323-2008. Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 12(1): 34-42.

Beckett, S. T., Fowler, M., Ziegler, G. R. 2017. Beckett’s industrial chocolate manufac-ture and use. John Wiley & Sons, Chichester, West Sussex, UK.

Dewi, L. C., Susanto, W. H., Maligan, J. M. 2015. Penanganan pasca panen kelapa sawit (penyemprotan dengan natrium benzoat dan kalium sorbat terhadap mutu CPO). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2): 489-498.

Gu, F., Tan, L., Wu, H., Fang, Y., Xu, F., Chu, Z., Wang, Q. 2013. Comparison of cocoa from China, Indonesia and Papua New Guinea. Journal of Foods, 2: 183-197.

Haryadi dan Supriyanto. 2012. Teknologi kakao. In Teknologi cokelat (p. 56). Cetakan pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hayati, R., Yusmanizar., Mustafril dan Fauzi, H. 2012. Kajian fermentasi dan suhu pengeringan pada mutu kakao (theobroma cacao l.). Jurnal Keteknikan Pertanian, 26(2): 129-135.

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Liyanda, M., Karim, A., dan Abubakar, Y. 2012. Analisis kriteria kesesuaian lahan terhadap produksi kakao pada tiga klaster pengembangan di Kabupaten Pidie. Jurnal Agrista, 16(2): 62-79.

Maimun, T., Arahman, N., Hasibuan, F. A., dan Rahayu, P. 2017. Penghambatan peningkatan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) pada buah kelapa sawit dengan menggunakan asap cair. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 9(2): 44-49.

Manalu, LP., Abdullah, K., Sumarsono, M., dan Setiawan, BI. 1998. Pengeringan kakao memakai pengering surya dengan pengaduk mekanis. Buletin Keteknikan Pertanian, 12(3): 32-42.

Misnawi., Jinap, S., Jamilah, B., and Nazamid, S. 2002. Oxidation of polyphenols in unfermented and partly fermented cocoa beans by cocoa polyphenol oxidase and tyrosinase. Journal of the Science of Food and Agriculture, 82(5): 559-566.

Mulato, S., Widyatomo, S., Misnawi, & Suharjono, E. 2010. Pengolahan Produk Primer dan Sekunder. Puslitkoka. Jember.

Nainggolan, S.R.M., Tamrin, Warji, dan Lanya, B. 2013. Uji kinerja alat pengering tipe Batch skala lab untuk pengeringan gabah dengan menggunakan bahan bakar sekam padi. J Teknik Pertanian Lampung, 2(3): 161- 172.

Pahan, Iyung. 2015. Panduan lengkap kelapa sawit (manajemen agribisnis dari hulu ke hilir). Penebar Swadaya. Jakarta.

Puziah, H.S., 2005. Cocoa Fermentation. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.

Rahmadewi, YM., dan Darmadji, P. 2019. Evaluasi sensoris coklat batang dari biji kakao rakyat dengan kondisi fermentasi dan pengeringan yang berbeda. Jurnal Dunia Gizi, 2(1): 56-62.

Ramlah, Sitti. 2016. Karakteristik mutu dan citarasa cokelat kaya polifenol. Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 11(1): 23-32.

Ristanti, E. Y., Suprapti, Anggraeni, D. 2016. Karakteristik komposisi asam lemak pada biji kakao dari 12 daerah di sulawesi selatan. Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 11(1): 15-22.

Utami, R. R. 2018. Antioksidan biji kakao: pengaruh fermentasi dan penyangraian terhadap perubahannya. Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 13(2): 75-85.

Warianti dan Darmanto. 2019. Analisis laju penurunan kadar air pada pengeringan benih di dalam dryer box. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 7(2): 203-211.

Widyotomo, S., Mulato, S., & Handaka. 2004. Mengenal Lebih Dalam Teknologi Pengolahan Biji Kakao. Warta Litbang Pertanian, 26: 5-6.

Wahyudi, T.T.R, Panggabean, Pujiyanto (editor). 2013. Kakao, Manajemen Agribisnis dari Hulu ke Hilir. Penebar Swadaya.

Downloads

Published

2020-09-30